Tuesday, October 04, 2005

Persiapan Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Persiapan Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

"Allahumma bariklanaa fii rajab wa sya'ban, wa balighnaa ramadhaan...."
"Yaa Allah berkahilah kami di bulan Rejab dan bulan Syaaban dan
sampaikanlah usia kami menjumpai Ramadhan..."

Persiapan menyambut bulan suci Ramadhan tidaklah boleh diambil
mudah ( ringan ), terlebih ketika telah memasuki bulan Syaaban, baik
dari segi persiapan fisikal, persiapan pengetahuan tentang
Ramadhan / Shiyam, persiapan mental /aqidah dan juga persiapan
spiritual. Dari seluruh aspek tersebut, mari kita persiapkan
penyambutan Ramadhan secara optimal.


MARHABAN YA RAMADHAN

Ramadhan, Bulan yang dirindukan telah tiba, ahlan wa sahlan,
marhaban bika ya Ramadhan. Ramadhan adalah bulan nan penuh
barakah, indah penuh maghfirah, yang di dalamnya Allah turunkan
kitab mulia, petunjuk dan cahaya, di dalamnya Allah memberikan
kemenangan besar bagi hambaNya pada saat perang Badr.

Untuk itu amal sholeh yang dilakukan Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam bagaikan derasnya hembusan angin dan air yang mengalir.
Parasahabat dan salafussaleh senantiasa berlumba-lumba meraih
keredhaan Allah dengan meraih kebaikan dan amal ibadah pada bulan
tersebut. Akan tetapi yang sangat memilukan hati adalah keadaan
umat Islam pada masa kini yang mulai lemah untuk berlumba-lumba
dalam kebaikan.


Keutamaan Bulan Ramadhan :
Rasulullah bersabda : " Telah datang kepadamu bulan Ramadhan,
bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan kepadamu untuk berpuasa,
pada bulan ini pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup
dan para syaitan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang
lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikan
maka dia tidak memperoleh apa-apa "
Ahmad dan An-Nasa'i.


Diwajibkan Puasa Ramadhan :
Allah berfirman, ertinya :
" Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertaqwa "
QS Al-Baqarah : Ayat 183.


Definisi Puasa :
Shaum ( puasa ) adalah menahan diri dari makan dan minum dan
perkara-perkara yang membatalkan puasa disertai dengan niat dan
dilaksanakan pada waktu khusus dan dari orang-orang yang khusus
pula.


Rukun Puasa :
1. Niat sebelum terbit fajar. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam
bersabda :
" Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum
( terbit fajar ), maka tidaklah sah puasanya ".
Ahmad dan Abu Dawud

2. Menghindari perkara-perkara yang dapat membatalkan puasa,
seperti : makan, minum, bersetubuh, dan lain-lain.

3. Memenuhi syarat puasa :
a. Muslim
b. Berusia baligh ( dewasa )
c. Berakal
d. Mampu untuk berpuasa
e. Tidak terhalang oleh sesuatu, seperti: haid, nifas, sakit dan
lain-lain.


Perkara Yang Membatalkan Puasa :
1. Makan dan minum dengan sengaja, jika dilakukan kerana lupa maka
puasanya tidak batal
2. Bersenggama
3. Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk dalam perkara ini
adalah suntikan vitamin yang mengenyangkan.
4. Mengeluarkan mani baik kerana onani, bersentuhan, ciuman, atau
sebab lainnya dengan sengaja
5. Muntah dengan sengaja

Peringatan Bagi Orang Yang Meninggalkan Puasa Tanpa Alasan :
Dibawakan oleh Abu Umamah Al Bahili, ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda :
" Ketika aku sedang tidur tiba-tiba ada dua orang yang datang dan
memegang pangkal lenganku dan membawaku ke sebuah gunung yang
tinggi seraya berkata; " naiklah! " aku berkata; " aku tidak boleh ",
keduanya berkata lagi; " kami akan memberi kemudahan kepadamu ",
lalu akupun naik sampai ke pertengahan, tiba-tiba terdengar suara
kuat. Aku bertanya; " Suara apa itu? " Mereka menjawab; " Itu suara
teriakan penghuni Neraka " Kemudian mereka membawaku mendaki
lagi, tiba-tiba aku melihat sekelompok orang yang digantung dengan
urat belakang mereka, dari pinggiran mulutnya mengeluarkan darah.
Aku bertanya; " Siapakah mereka?" Dijawab; " Mereka adalah

orang-orang yang berbuka puasa ( pada ) bulan Ramadhan sebelum

tiba waktunya " .
HR. Al-Bukhari dan Muslim


Shalat Tarawih :
" Mereka sentiasa mengambil sedikit sahaja : Masa dari waktu malam,

untuk mereka tidur.
Dan pada waktu akhir malam ( sebelum fajar ) pula, mereka selalu
beristighfar kepada Allah ( memohon ampun ). "
QS Az-Zaariyaat : Ayat 17 - 18

Sanjungan dan pujian dari Allah bagi yang senantiasa mendirikan
sholat di malam hari.


Hukum Dan Bilangan Sholat Tarawih :
Sholat tarawih hukumnya sunnah, lebih utama berjamaah, demikian
pendapat masyhur yang dilaksanakan oleh para sahabat. Ada
pendapat yang mengatakan bahawa sholat ini tidak ada batasan
bilangannya, iaitu boleh dikerjakan dengan 20 ( dua puluh ) raka'at,
11 ( sebelas ), atau 13 ( tiga belas ) raka'at. Akan tetapi lebih baik
apabila sholat tarawih dilakukan dengan 11 (sebelas) raka'at,
dikeranakan beberapa perkara :
1. Parasahabat Nabi sholat dengan 11 raka'at, padahal mereka
adalah generasi terbaik yang lebih mengetahui tentang Al Quran
dan As Sunnah. Dari Imam Malik dari Muhammad bin Yusuf dari
Sa'id bin Yazid, ia berkata : " Umar bin Khatthab memerintahkan
Ubay bin Ka'ab dan Tamim Ad-Dariy supaya keduanya sholat
mengimami manusia dengan 11 raka'at "
HR Malik dalam Muwaththa : 1/115

2. Adanya hadith shahih 'Aisyah berkata : " Tidaklah Rasulullah
sholat ( sunnah ) pada bulan Ramadhan dan tidak pula ( sunnah )
lainnya lebih dari sebelas raka'at "
HR Bukhari dan Muslim

Jabir bin Abdullah berkata : " Sesungguhnya Nabi menghidupkan
malam Ramadhan ( lalu ) sholat dengan delapan raka'at lalu witir "
HR Ibnu Hibban

3. Dalam sholat diharuskan untuk khusyu', tuma'ninah, dihayati, serta
membacanya dengan tartil. Akan tetapi fenomena yang ada pada
sebahagian kaum muslimin adalah tanpa tuma'-ninah, tergesa-gesa,
tidak tartil dalam melaksanakan sholat tarawih, semua ini tidak
tercapai dikeranakan jumlah yang terlalu banyak ( 23 raka'at ).

4. Darjat hadith sholat tarawih 23 raka'at, adalah dha'if ( lemah )
sehingga tidak dapat dijadikan dasar hukum dalam beramal.

Mereka berdasar pada hadith : " Dari Ibnu Abbas sesungguhnya
Nabi sholat di bulan Ramadhan dua puluh raka'at ( tidak termasuk
witir ) "
HR Ibnu Abi Syai-bah, Thabrani, Baihaqi, dan lain-lain

Dalam riwayat lain ada tambahan: " Dan ( Nabi ) witir ( setelah

sholat dua puluh raka'at ) "

Riwayat ini semuanya dari jalan Abu Syaibah yang namanya Ibrahim
bin Utsman dari Al-Hakam dari Miqsam dari Ibnu Abbas.

1. Imam Baihaqi berkata : " Abu Syai-bah menyendiri dengannya dan
dia itu lemah "

2. Imam Al Haitsami berkata : " Sesungguhnnya Abu Syaibah ini
lemah "
Kitab Majmauz Zawaid 3/172

3. Al Hafidz Ibnu Hajar berkata : " Isnadnya dhaif "
Kitab Al Fath - Syarah Bukhari

4. Al Hafidz Zaila'i telah melemahkan isnadnya.
Kitab Nashbur Rayah 2/153

5. Imam Shan'ani berkata : " Tidak ada yang sah dari Nabi sholat di
bulan Ramadhan dengan dua puluh raka'at "
Kitab Subulus Salam

6. Syaikh Al Albany mengatakan : Maudhu' ( hadith palsu )
Kitab Silsilah Hadith Dhaif wal Maudhu' & Irwaul Ghalil


Keterangan Ulama Ahlu Hadith Tentang Hadits 23 Raka'at :
1. Imam Ahmad, Abu Dawud, Muslim, Yahya dan Ad Daruquthni
berkata: " ( Darjatnya ) lemah "

2. Imam At Tirmidzi : Hadith Mungkar

3. Imam Bukhari : Ulama ahli hadith diam tentangnya

4. Imam Nasa'i : Matrukul hadith (hadithnya ditinggalkan )

5. Imam Abu Hatim : Hadith lemah, ulama diam tentangnya dan ahli
hadith meninggalkan hadithnya.


Kesimpulan :
1. Riwayat yang menerangkan bahawa di zaman Umar bin Khatthab,
bahawa para sahabat sholat tarawih 23 raka'at tidak ada satupun
yang shahih. Bahkan dari riwayat yang shahih kita ketahui bahawa
Umar bin Khatthab mengerjakan sholat tarawih dengan 11 raka'at
sesuai dengan contoh Rasulullah.

2. Adapun hadith yang diriwayatkan dari Yazid bin Ruman : " Adalah
manusia pada zaman Umar bin Khatthab mereka sholat ( Tarawih )
di bulan Ramadhan 23 raka'at "
HR Malik

Keterangan :
Hadith ini tidak sah sebab terputus sanadnya, kerana Yazid bin
Ruman yang meriwayatkan hadith ini tidak bertemu ( tidak sezaman )
dengan Umar bin Khatthab, sanadnya terputus, dalam ilmu musthalah
hadith termasuk hadith dha'if ( lemah ).

Hadith di atas bertentangan dengan riwayat yang shahih. Setelah
kita mengetahui keshahihan dasar hukum dari hadith-hadith yang
shahih, maka tidak ada jalan lain bagi kita untuk mengikuti yang haq
dari Al Quran dan As sunnah.


Fatwa Puasa :
Fatwa ini dikeluarkan oleh Lembaga Fatwa Saudi Arabiayang
beranggotakan ulama-ulama besar Saudi Arabia.

1. Menggunakan Ubat Gigi
Tidak mengapa menggunakan ubat gigi pada siang hari di bulan
Ramadhan sambil menjaga diri agar tidak tertelan, seperti halnya
disyariatkannya bagi orang yang berpuasa menggosok gigi pada
waktu pagi dan petang kerana keumuman hadith Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam : " Menggosok gigi itu dapat
membersihkan mulut dan menjadikan keredhaan Allah "
HR An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah

2. Mendengar azan fajar ( subuh ) tetapi tetap melanjutkan makan
dan minum.

Diwajibkan bagi orang mukmin untuk menghentikan makan dan minum
atau sesuatu yang membatalkan puasanya ketika jelas tampak terbit
fajar, apabila sedang melakukan puasa wajib seperti puasa

Ramadhan dan puasa nazar.

Allah berfirman, ertinya : " Makan dan minumlah kalian sehingga
terang bagimu benang putih dari benang hitam iaitu fajar, kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam hari ".
QS Al-Baqarah : Ayat 187

Iaitu jika mendengar adzan dan dia adzan Shubuh.

3. Seseorang yang sakit yang tidak boleh diharapkan kesembuhannya,

maka hendaklah dia berbuka dan memberikan makanan kepada
orang mukmin yang miskin ( fidyah ) setiap hari untuk berbuka.

4. Sholat merupakan salah satu rukun dari rukun Islam dan
merupakan penguat dari rukun Islam yang lainnya setelah
Syahadat yang hukumnya fardhu 'ain, meninggalkan kerana
menentang keberadaannya atau membenci dan malas bererti kufur.
Adapun orang yang melaksanakan puasa dan sholat pada waktu
bulan Ramadhan saja maka dia telah menipu Allah, mereka itulah
seburuk-buruknya manusia kerana mereka tidak mengenal Allah
kecuali pada bulan Ramadhan sahaja, maka puasanya tidak sah
apabila dia meninggalkan sholat pada bulan lainnya.



Yesterday is history,
Tommorow's a mystery,
Today's a gift,
That's why we call it the Present.

"Each day I wake in gratitude.
Thanking Allah,
He let me rise
And To Him I only
Seek His assistance."

No comments: